-->

Iklan

Sabtu, 24 April 2021, April 24, 2021 WIB
Last Updated 2021-04-24T05:44:21Z
Lingkungan

Mimpi Gubernur NTB Dalam Pusaran Bencana Lingkungan

Advertisement

Penulis |Furkan, Mahasiswa Program Doktor Ilmu Lingkungan UNJ |Editor | SF

Ilustrasi pembangunan kota modern | Pixabay/vinsky2002


Info720.com | Mimpi untuk menjadikan NTB menjadi sebuah provinsi maju terus digaungkan oleh Dr Zulkieflimasnyah pasca ia dilantik, berbagai program dan terobosan seperti NTB Gemilang yang di dalamnya terdapat enam program strategis gubernur dan wakil gubernur NTB.


Pariwisata andalan, industrialisasi, pengembangan daya saing SDM, NTB ramah investasi, pengembangan konektivitas dan aksesbilitas wilayah dan NTB bersih dan berkelanjutan.


Di sektor pariwisata andalan ada enam program aksi yang dilakukan Pemprov NTB, mulai pengembangan pariwisata pulau-pulau kecil (gili), Kawasan ekonomi khusus (KEK) Mandalika, pengembangan Rinjani Unesco Blobal Geopark, pengembangan Tambora Geopark nasional, pengembangan wisata halal kelas dunia, dan penanggulangan kemiskinan dengan pendekatan community based tourism atau pembentukan 99 desa wisata.


Selain itu selama tiga tahun memimpin berkat pengalamannya sebagai legislator asal banten menjadikan Zul sebagai Gubernur yang berhasil menarik perhatian pusat ke NTB.


Tak heran jika sederet pemimpin nasional mulai dari  Presiden, Menteri dan elit kekuasaan lainnnya datang ke NTB atas lobi dan kepiwain Zul.


Selanjutnya  berbagai mega proyek seperti sirkuit MotorGP, Kek Mandalika, dan RS Internasional serta wacana pembangun jembatan penghubung Lombok sumbawa terus dikejar oleh Zul.


Upaya yang dilakukan oleh Zul sama seperti teori relasi kebutuhan yang diungkapkan oleh Abraham Maslow terkait 5 hirarki kebutuhan manusia.


Dalam teori tersebut Maslow menggambarkan yaitu adanya kebutuhan penghargaan dan aktuliasi diri atau keinginan manusia untuk diakui segala hal yang dilakukan dan hal inilah yang tengah dilakukan oleh Zul saat ini yaitu ambisi menjadikan NTB sebagai daerah maju di berbaga sector. Apa itu salah.?


Ambisi Yang Harus dibayar Mahal


Zul saat ini ibaratkan seperti perempuan yang selalu ingin bersolek dan terlihat ingin cantik bagi orang lain. Bahkan kaum perempuan selalu gundah meski sudah tampil menarik mereka selalu berusaha memperbaiki kekurangan-kekuarangn yang ada dalam dirinya meski harus menggunakan berbagai perawatan dengan bahan yang cukup mahal.


Inilah Zul saat ini Gubernur yang mampu menghadirkan berbagai investor dan pejabat tinggi di NTB,Gubernur yang selalu terlihat menarik di mata orang lain.


Tapi Zul lupa bahwa ada hal yang ia abaikan dalam ambisi besarnya membangun NTB yaitu krisis ekologi yang melahirkan berbagai bencana yang terus menghantui masyarakat NTB.

Zul lupa ada ratusan ribu hektar hutan yang beralih fungsi menjadi lahan terbuka akibat illegal loging dan perladangan serta pertambangan yang tak kunjung selesai, dan Zul juga abai ada ratusan jiwa di NTB yang setiap tahunnya harus bersusah payah mencari air akibat bencana kekeringan, dan Zul juga mungkin tau tapi tidak mau tahu bahwa hampir setiap tahun bencana banjir mengancam masyarakat NTB.


Bahkan belum kering jeritan dan tangisan masyarakat di Kabupaten Bima yang menjadi imbas dari bencana banjir pada 2 April 2021 yang lalu.


Jika kita melihat data dari Dinas Kehutan Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) tahun 2018 menyebutkan total area hutan yang rusak akibat perladangan liar, pembalakan liar, illegal loging, serta aktivitas pertambangan berjumlah 896 ribu hektar, dan 597 hektar hutan yang virgin telah dibuka dan 316 hektar rusak.


Dari total 896 ribu hektar hutan yang rusak tersebut sekitar 35-40 persen berada di Pulau Sumbawa yaitu Dompu dan Bima. Disi lain kerusakan hutan tersebut membawa dampak yaitu bencana banjir dan kekeringan yang melanda sejumlah wiayah di NTB setiap tahun.


BPBD NTB mencatat banjir bandang yang paling parah di rasakan langsung oleh masyarakat Kota Bima pada tahun 2016 yang lalu, banjir yang dialami warga mengakibatkan 105.753 jiwa masyarakat Kota Bima terdampak banjir.


Akibat banjir tersebut sebanyak 33 Kelurahan di 5 kecamatan di Kota Bima yang meliputi Kecamatan Rasanae Timur, Mpunda, Raba, Rasanae Barat, dan Asakota.


Selain itu  banjir tersebut telah merusak 44 rumah rusak berat dan 8.491 jiwa mengungsi ke tempat yang disediakan oleh pemerintah, banjir juga telah merusak fasilitas public seperti jalan dan jembatan, fasilitas sekolah, peribadatan, dan beberapa pusat kesehat dan total kerugian yang dialami mencapai 1 triliun lebih.


Tak hanya di Kota Bima, banjir juga melanda  4 Kecamatan yang ada di Kabupaten Bima seperti kecamatan Mada Pangga, Bolo,  Woha, Monta pada jumat 2 April 2021 kemarin  yang mengakibatkan ribuan rumah warga terendam banjir dan ratusan hektar area persawahan digenangani oleh air sehingga para petani padi dan bawang mengalami gagal panen.


Kemudian pada tahun 2020  puluhan rumah yang ada di Kecamatan Sanggar rusak akibat banjir.


Bencana lain yang mengancam masyarakat setiap tahunnya yaitu berkurangnya air bersih, dan sepanjang tahun 2020 bencana kekeringan melanda 74 kecamatan dan 318 desa di NTB.


Tidak kurang dari 651.735 jiwa penduduk terdampak kekeringan di sembilan kabupaten/kota kemudian tahun 2019 yang lalu BPBD Kabupaten Bima mencatat ada 39 Desa di 11 kecamatan mengalami krisis air bersih dan 4.580 KK atau 23.398 jiwa merasakan dampaknya.


Dari berbagai problem lingkungan tersebut sudah saatnya Gubernur NTB serius memikirkan persoalanya lingkungan yang ada di NTB.


Gubernur NTB tidak hanya fokus kebijkan untuk mendatangkan investasi tapi abai terhadap lingkungan dan ekologi yang ada. Buat apa segudang investasi yang datang tapi tidak sebanding dengan kerusakan yang terjadi.


Gubernur NTB  Harus Belajar Ihlas  Dari Mbah Sadiman


Gubernur NTB seharusnya mulai merekonstruksikan kembali kebijakan -kebijakan yang dibuat dengan memperhatikan aspek lingkungan.


Langkah pembangunan dan kran investasi yang sudah dilakukan merupakan hal yang luar biasa. Namun upaya pembangunan  tersebut seharunya juga didukung oleh kebijkan yang pro terhadap lingkungan dengan melakukan berbagai terobosan besar untuk mengembalikan fungsi hutan yang telah rusak.


Selama ini hampir tiga tahun kepemimpinan Zul-Rohmi tidak terlihat membawa dampak yang luar biasa bagi hutan di NTB.


Meskipun berbagai kebijakan seperti penghentian kayu hasil hutan untuk keluar dari NTB, reboisasi atau penamaman jutan dan ribun pohon terus dilakukan. Namun prakter illegal loging, penjarah hutan dan perladangan liar semakin marak terjadi.


Dilain hal Gubernut NTB diberanda akun facebok pribadinya selalu mengingatkan terkait kerusakan hutan dan di program NTB Gemilang yang terus digaungkan yang di dalamnya terdapat program menuju NTB Asri.


Namun sayangnya program tersebut hanya slogam, dari sisi petugas pengawasan hutan di NTB saja sangat minim dan  hal ini diakui langsung oleh Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Provinsi NTB, bahwa Tenaga pengaman hutan terbatas, rasio saat ini 1 petugas harus menjaga 2.200 hektar. Luas hutan di NTB mencapai 1.071.722 hektare.


Jika belajar dari daerah-daerah lain seperti di Jawa, 1 Polhut bertugas menjaga 100 hektare hutan. Apabila ingin mengikuti seperti di daerah lain, maka jumlah petugas yang dibutuhkan di NTB sekitar 10.700 orang.


Dilain sisi berdasarkan data dari  Walhi NTB kebijkan mengobral izin pertambangan telah merusak  228 ribu hectare hutan di NTB tahun 2017, dan yang tak kalah menariknya  pembangun sirkuit MotoGp di Kawasan mandalika dituding  melanggar HAM bahkan komisi HAM PBB mengutuk penggusuran paksa terhadap penduduk setempat  yang dilakukan pihak penyelenggara pembangunan sikuit tersebut sebab petani, nelayan,sumber air, situs budaya miliki warga digusur paksa seperti dikutip GridOto.com dari laman OHCHR.


 Belum lagi perseteruang antara warga oi katupa dengan PT Sanggar Agro yang hingga detik ini tidak ada solusi yang baik dari Pemkab Bima dan Pemprov NTB.


Kemudian persoalan rusaknya ekosistem daerah yang ada di sekitar pertambangan PT NNT yang hingga hari ini kehilangan sumber mata air belum menemukan titik terang.


Padahal kewengan untuk menjaga dan melestarikan hutan yaitu merupakan tanggung jawab pemerintah Provinsi.


Zul harusnya belajar dari apa yang dilakukan oleh mbah Sadiman yang berasal Wonogiri Jawa Tengah. Mbah sadiman lelaki yang sederhana berumur hampir 70 tahun ini menyimpan kisah yang heroic betapa tidak, kegigihan dirinya untuk menghidupkan kembali area hutan yang terbakar patut dijadikan inspirasi.


Ia rela menukar kebahagian hidupnya dengan bersusah paya menanam pohon beringin di area yang terbakar tadi.


Bahkan yang paling heroic kambing dan kepemilikan yang ia miliki ia korbankan untuk membeli bibit pohon beringin.


Dan tak terelakan lagi hampir 25 tahun segala daya dan upaya yang dilakukan mbah Sadiman kini mengalami hasil yang luar biasa. Pohon-pohon yang ia tanam kini telah menjadi sumber mata air di Desanya.


Tentunya kisah ini sesuatu yang heroic yang mengajarkan kepada kita semua tentang keihlasana, pengorbanan untuk semua orang.


Bukan mengobral kebijkan untuk terlihat bisa dan kuat. Namun sisi lain ratapan dan rintihna masyarkat akibar bencana terus terjadi di NTB.


Gubernur NTB sudah seharusnya belajar ihlas seperti Mbah Sadiman dengan pendekatan kebijkana yang dimilikiki, Jika mba Sadiman saja dengan modal keihlasanan tanpa relasi kekuasan dan kebijakan yang dimiiliki mampu mengembalikan lagi fungsi hutan didesanya.


Kenapa tidak Gubernur NTB yang memiliki relasi kekuasan dan struktur bawahannya tidak mampu menjaga dan merawat hutan di NTB.


Harus diakui memang tidak mudah melakukan hal yang demikian tapi paling tidak rentang waktu hampir 3 tahun kepemimpinan Zul-Rahmi seharunya sudah ada titik yang baik untuk perbaikan hutan di NTB.


Namun yang terjadi hingga saat ini jauh panggang di api ratapan bencanapun hingga saat ini terus menghantui masyarakat.