Advertisement
Ilustrasi//WRI |
Info720.com—Laporan IPCC terbaru (2021) menegaskan
bahwa emisi gas rumah kaca (GRK), termasuk karbon dioksida (CO2), merupakan
pendorong utama perubahan iklim yang menyebabkan reaksi berantai seperti cuaca
ekstrim, peningkatan permukaan air laut, dan bencana alam seperti kekeringan
serta banjir.
Emisi GRK global yang telah meningkat sebesar
43 persen dalam dua dekade terakhir, atau di tahun 2018 setara 51,8
miliar ton CO2 ekuivalen, mengindikasikan kemungkinan krisis iklim yang lebih
buruk akan terjadi lebih cepat.
Di sisi lain, laporan IPCC juga menyatakan
bahwa tindakan manusia dapat menentukan arah iklim di masa depan. Hal ini
tentunya memberi secercah harapan bahwa setiap tindakan, aksi, dan langkah yang
diambil oleh setiap individu berperan penting untuk mengurangi emisi CO2 dan
menentukan arah perubahan iklim ke depan.
Aplikasi EMISI hadir untuk memberikan panduan,
pilihan, dan platform yang membantu setiap individu maupun organisasi untuk
menghitung, mengurangi, dan beraksi menyerap dampak emisi GRK yang dihasilkan
dari gaya hidup kita.
Bertepatan dengan peringatan Hari Kemerdekaan
Indonesia, 17 Agustus 2020 lalu, aplikasi EMISI diluncurkan dengan fitur
perhitungan emisi dari sektor transportasi darat dan penyerapan emisi oleh
pohon. Di tanggal yang sama tahun ini, EMISI kembali hadir dengan tambahan
empat fitur perhitungan emisi GRK, yaitu: konsumsi makanan, pembelian pakaian,
penggunaan alat elektronik, dan sampah yang dihasilkan sehari-hari.
Mengapa penambahan empat fitur terbaru ini
penting untuk melawan kiris iklim?
Emisi GRK dari konsumsi makanan
Konsumsi makanan diperkirakan bertanggung jawab
atas 10,2–17,4 GtCO2e pada 2010 atau sebesar 28 persen emisi global di semua sektor, dengan
kontribusi konsumsi produk hewani sebesar 62 persen atau sekitar 6,1–10,9 GtCO2eq dari jumlah
total emisi GRK dari makanan.
Estimasi tersebut mencakup semua kegiatan
produksi makanan, mulai dari pertanian, energi yang digunakan, produksi bahan
kimia dan mineral, penggunaan lahan dan alih fungsi lahan dan hutan, hingga
sampah yang dihasilkan dalam proses produksi bahan makanan, sekaligus emisi GRK
dari distribusi bahan makanan tersebut.
Emisi GRK dari
makanan akan terus meningkat seiring dengan meningkatnya populasi manusia,
namun setiap individu dapat berperan dalam menurunkan permintaan konsumsi
makanan dengan cara membeli makanan secukupnya sehingga tidak ada makanan yang
terbuang atau rusak sebelum dikonsumsi.
Emisi GRK dari pembelian pakaian
Sama seperti makanan, produksi pakaian juga
menghasilkan emisi GRK dalam setiap tahapan produksinya, mulai dari ekstraksi
bahan baku, pembuatan pakaian, hingga penjualan pakaian tersebut. Industri
pakaian bertanggung jawab atas 10 persen emisi karbon global tahunan, atau setara dengan gabungan
semua penerbangan internasional dan pelayaran laut per tahun.
Dengan laju pembelian pakaian saat ini, emisi
GRK dari industri pakaian dapat melonjak menjadi 50 persen pada tahun 2030. Oleh karena itu,
untuk menekan laju emisi GRK dari industri pakaian ini, setiap individu
diharapkan lebih bijak dalam memilih dan membeli pakaian.
Emisi GRK dari
penggunaan listrik
Sebagian besar
sumber energi listrik dunia masih bergantung pada pembakaran bahan bakar fosil
mulai dari batu bara, minyak, dan gas. Seiring dengan peningkatan populasi,
kebutuhan energi listrik diprediksi akan terus meningkat dari tahun ke tahun,
sehingga emisi CO2 yang dihasilkan dari sektor ini juga terus meningkat.
Padahal, sektor
konsumsi listrik saat ini telah menyumbang hampir dua pertiga dari pertumbuhan
emisi CO2. Bahkan, pada tahun 2018, emisi CO2 dari energi meningkat sebesar 1,7persen
dan menjadi kenaikan emisi CO2 dari sektor energi tertinggi dalam sejarah,
yaitu mencapai 33,1 Gt CO2 setara dengan 44 kali emisi negara Jerman.
Penggunaan batu bara
untuk pembangkit listrik saja telah melampaui 10 Gt CO2, sebagian besar di Asia
termasuk Indonesia. Setiap individu dapat mengurangi emisi GRK yang dihasilkan
dari pembangkit listrik dengan cara menghemat penggunaan listrik dan
menggunakan alat elektronik yang hemat energi. Hal ini diharapkan dapat
menurunkan permintaan energi yang berujung pada pengurangan konsumsi bahan
bakar pada pembangkit listrik yang tinggi karbon.
Emisi GRK dari
produksi sampah rumah tangga
Emisi GRK yang
dihasilkan dari sampah rumah tangga berkontribusi sebesar 5persen dari total
emisi GRK global. Emisi dari sektor ini bergantung pada tahapan cara
pengelolaan sampah yang dilakukan mulai dari penyimpanan, pengumpulan,
pengangkutan, daur ulang, pembuangan, dan penimbunan di Tempat Pembuangan Akhir
(TPA).
Di Indonesia, 60–70persen
sampah yang dihasilkan diangkut ke TPA, sedangkan 30–40persen sisanya berakhir
di sungai, dibakar, atau dikelola sendiri oleh masyarakat.
Cara pengelolaan
sampah yang bergantung pada pembuangan ke TPA ini menyebabkan kontribusi emisi
GRK dari pengelolaan sampah Indonesia yaitu sebesar 8 persen atau setara 134
MtCO2e, dimana angka ini jauh lebih tinggi dibandingkan emsi dari pengelolaan
sampah secara global pada tahun 2018.
Oleh karena itu,
cara pengelolaan sampah perlu ditingkatkan agar seminim mungkin sampah yang
berakhir di TPA. Caranya, bisa dengan meningkatkan upaya daur ulang, kompos,
memanfaatkan sampah sebagai sumber energi dengan teknologi insinerator dan
cara-cara lainnya.
Setiap individu
memiliki peran dalam menentukan bagaimana sampah yang dihasilkan sehari-hari
dapat dikelola dengan baik dan menurunkan emisi GRK dari sektor ini.
Dengan fitur untuk
menghitung, mengurangi, dan menyerap emisi dari sektor transportasi darat,
makanan, pakaian, listrik, dan limbah, aplikasi EMISI versi terbaru ini
diharapkan dapat membantu siapapun untuk mengetahui dampak emisi GRK yang
mereka hasilkan secara lebih transparan namun ilmiah, mudah dijangkau, dan
atraktif dari berbagai aspek gaya hidup yang dipilih, sekaligus membantu kita
memilih gaya hidup yang lebih rendah emisi dan berpartisipasi melawan krisis
iklim.
Saat ini aplikasi
EMISI sudah bisa diunduh secara gratis di Play Store (Android) dan App Store
(iOS). Ke depannya, EMISI berencana untuk menambahkan fitur lainnya yaitu
perhitungan emisi GRK dari transportasi udara, laut, dan pengiriman barang.
Selain itu, EMISI
juga akan terus dikembangkan untuk meningkatkan kenyamanan pengguna dan sangat
terbuka kepada masukan atau saran dari masyarakat Indonesia.